Sanggar Aksara Jawa “Kidang Pananjung Indramayu” Latih Santri Asal Madura Baca Tulis Naskah Kuno

Manassa
0
Sanggar Aksara Jawa “Kidang Pananjung Indramayu” Latih Santri Asal Madura Baca Tulis Naskah Kuno

Indramayu/Manassa.id – Sanggar Aksara Jawa “Kidang Pananjung” kedatangan enam orang santri Pondok Pesantren Mamba’ul ‘Ulum, Bata Bata, Pamekasan, Madura sejak hari Minggu, 11 Februari 2018. Enam orang santri ini merupakan santri-santri pilihan dari sekitar 15.000 santri Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum  yang dikirim khusus untuk mempelajari aksara dan bahasa Jawa yang terdapat pada naskah kuno. Mereka adalah Moh. Badrus Soleh, Zainal Farid, Fahrurrosyi, Ahmad Gharizi, Moh. Faizin, dan Subyan yang semuanya menginjak Kelas XI Madrasah Aliyah.

Kiai Muhammad Tohir, salah satu pengajar Pondok Pesantren Mamba’ul ‘Ulum, mengungkapkan, “Saya tertarik kepada figur Ki Tarka bukan hanya karena beliau ahli dalam mentransliterasi naskah kuno, juga karena beliau kami perhatikan sangat mencintai pekerjaannya sehingga kami percaya dan yakin Sanggar Aksar Jawa Kidang Pananjung Indramayu akan profesional. Oleh karena itu, kami memilih para santri dengan kriteria tidak hanya cerdas dan unggul secara akademik dan keagamaannya, melainkan juga asli penduduk Bata Bata agar program ini berkesinambungan ke depan di Pondok Pesantren kami”.

Ray Mengku Sutentra, Ketua Sanggar Aksara Jawa Kidang Pananjung Indramayu, menyambut gembira para santri yang jauh-jauh datang dari Madura dengan niat dan maksud yang luhur untuk mempelajari aksara dan bahasa naskah kuno. “Kami akan berusaha semampu kami untuk memberikan yang terbaik bagi adik-adik agar bisa membaca, menulis, dan memahami naskah kuno yang beraksara carakan,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai guru seni dan budaya  SMAN 1 Terisi ini.

Ki Tarka Sutaraharja menyatakan kekagumannya kepada para santri yang mau mempelajari aksara dan bahasa naskah kuno di tengah kurangnya minat para generasi muda untuk mempelajarinya. “Di Indramayu sendiri sangat jarang minat para generasi muda yang mau mempelajari nilai-nilai budaya leluhur, salah satunya aksara Carakan ini. Lagi pula saat ini aksara dan bahasa Jawa sudah mulai jarang diajarkan secara serius di sekolah-sekolah. Padahal hal ini penting sebagai upaya penanaman nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh nenek moyang kita agar memperkuat karakter moralitas anak-anak bangsa dalam menjalani kehidupan sehari-hari”. Tukas pria yang juga sebagai Juru Pelihara (Jupel) naskah kuno Kabupaten Indramayu ini.

Selama di Indramayu para santri mempelajari dasar-dasar membaca dan menulis aksara Carakan yang dibimbing oleh Rawin Rahardjo, pengurus Sanggar Aksara Jawa “Kidang Pananjung” Indramayu. Para santri mengikuti proses belajar ini dengan sangat baik. “Saya kagum terhadap daya tangkap para santri dalam mencerna materi demi materi. Dalam tiga hari para santri sudah bisa menghapal aksara Carakan berikut cara membacanya,” ungkap pria berusia 35 tahun ini.

Para santri ditargetkan untuk bisa menguasai baca tulis aksara Jawa naskah kuno dalam satu bulan. “Namun bila dilihat dari perkembangannya para santri kurang dari satu bulan insya Allah sudah bisa menguasai materi-materi yang kami berikan,” Rawin menambahkan.

Para santri mengaku gembira dan berusaha mengikuti pembelajaran secara sungguh-sungguh. “Kami diutus oleh Pimpinan Pondok Pesantren Mamba’ul ‘Ulum, Pamekasan, tentu merupakan sebuah kebanggaan bagi kami dan kami tentunya akan berusaha untuk tidak mengecewakan ekspektasi pesantren terhadap kami.”

Selain mempelajari aksara Carakan, para santri juga diajak mengamati seni, budaya, dan tradisi di Indramayu seperti berziarah ke makam Prabu Arya Wiralodra (pendiri Kabupaten Indramayu), mengunjungi Museum Bandar Cimanuk dan Rumah Pintar Indramayu untuk menikmati berbagai kesenian Indamayu. “Kami sangat senang mempelajari budaya dan tradisi di Indramayu yang sangat berbeda dengan yang ada di Madura. Hal ini merupakan kesempatan yang langka bagi kami,” ujar Badrus, salah seorang santri yang dikirim dari Bata Bata, Madura itu. Lebih lanjut, para santri juga dibekali dasar-dasar pengetahuan akan naskah kuno. Hal ini penting agar di samping para santri mampu membaca naskah kuno, juga diharapkan mereka mampu memahami urgensi naskah kuno itu sendiri

Upaya Merevitalisasi Identitas Sejarah Madura
Sejak dahulu kala Madura memiliki peranan penting dalam perjalanan panjang sejarah yang terjadi di Nusantara. “Trunojoyo, Ronggolawe, dan Lembu Sora adalah beberapa contoh tokoh-tokoh Madura yang mewarnai perjalanan sejarah di Nusantara”, ungkap K. M. Tohir. “Selama ini kami hanya  dikenal sebagai daerah pengumpul dan jual-beli besi-besi tua, padahal dulu kami adalah suku bangsa yang diperhitungkan di Nusantara dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah besar Jawa. Tentu upaya ini adalah untuk menyadarkan kembali masyarakat Madura agar ‘melek’ sejarah dan bersatu sebagaimana di masa lampau,” ujarnya.

Upaya merevitalisasi sejarah Madura itu tentunya tidak bisa terlepas dari naskah kuno sebagai sumber sejarah. Namun kondisi naskah-naskah kuno di sana sangat memprihatinkan. “Di Madura hampir tidak ada yang peduli dengan naskah-naskah kuno, apalagi merawatnya dengan baik. Oleh sebab itu kami berinisiatif untuk mengumpulkan naskah-naskah kuno tersebut di Pondok Pesantren Mamba’ul ‘Ulum Bata Bata, Pemekasan, Madura.

Upaya Pondok Pesantren Mamba’ul ‘Ulum, Bata Bata, Madura, mengirimkan para santri pilihan untuk belajar di Sanggar Aksara Jawa Kidang Pananjung, Indramayu, tentunya bertujuan untuk melibatkan generasi muda Madura agar berpartisipasi aktif dalam merevitalisasi budaya dan sejarah leluhurnya. “Setelah proses belajar para santri pilihan tersebut selesai, kami akan membuat satu komunitas khusus bagi para santri tersebut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Sanggar Aksara Jawa ‘Kidang Pananjung’, Indramayu,” pungkasnya. [Abdullah Maulani]

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Oke!) #days=(20)

Website kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman anda. Check Now
Accept !