Berdasarkan sejarah kepemilikannya secara umum dapat dibagi kepada empat klasifikasi, yaitu naskah-naskah koleksi Kesultanan Aceh (baik dalam bentuk bundel naskah ataupun lembaran sarakata), naskah koleksi zawiyah, (lembaga dayah dan pesantren), naskah koleksi lembaga ataupun komunitas, dan terakhir naskah-naskah koleksi pribadi masyarakat, dalam bentuk warisan, hadiah, akuisisi dan juga alih kepemilikan.
Seluruh naskah di Aceh mayoritasnya ditulis dalam aksara Arab-Jawi dan berbahasa Arab, Melayu dan Aceh. Dari ke tiga ragam bahasa tersebut lebih banyak didominasi oleh bahasa Arab dan Melayu pada periode awal, sedangkan pada masa kolonial dan masa lebih muda naskah-naskah berbahasa Aceh mulai banyak ditulis dan disalin, yang sebelumnya mengandalkan tradisi lisan atau tutur.
Naskah-naskah di Aceh memiliki ciri khas tersendiri, baik dari sisi kandungan isi (tekstologis) maupun fisik naskah (kodikologis). Media tulis (kertas) yang digunakan kertas Eropa yang memiliki watermark (cap air) yang diproduksi dari berbagai negara. Berbeda dengan alat tulis yang digunakan seperti pena, tinta, tempat tinta, penggaris, alat penjilidan dan lainnya yang sebagian adalah produk lokal.
Apabila ditinjau dari sisi filologi dan tekstologi naskah-naskah kuno di Aceh, baik yang dikarang di Aceh ataupun di luar Aceh akan diperoleh data yang cukup berlimpah, multidisiplin ilmu dan memiliki tradisi literasi yang cukup kuat serta saling berhubungan dengan dunia luar (khususnya tradisi intelektual di Haramain dan Jazirah Arab). Naskah-naskah yang lahir di Aceh mengadopsi pemikiran keislaman secara global yang “dipadu” dengan kearifan (pengetahuan) lokal.
Tema naskah-naskah Aceh tidak terbatas pada pembahasan rumpun ilmu agama semata, tetapi juga dari membahas ilmu-ilmu lainnya dalam beragam rumpun ilmu seperti humaniora (sejarah, bahasa, sastra, seni, dsb), sosial (ilmu politik, atropologi, sosiologi, ekonomika, dll), alam (astronomi, sains, geologi, mitigasi bencana), dan ilmu terapan (kesehatan/kedokteran, pertanian, lingkungan, matematika dan lainnya).
VISI
Menjadi Lembaga Teladan yang Memajukan Manuskrip Aceh untuk Masa DepanMISI
- Mengadvokasi naskah-naskah (manuskrip) Aceh di Pemerintah dan di masyarakat
- Mensosialisasi manuskrip dalam beragam bidang keilmuan melalui pendidikan, seminar, penerbitan, penelitian ceramah, lokakarya, digitalisasi, dalam usaha pemajuan sejarah, budaya dan tradisi.
- Mengembangkan kajian pernaskahan baik isi ataupun fisik naskah dan menyebarluaskan kepada publik.
Latar Belakang Pembentukan
Manassa Komisariat Aceh terbentuk sejak tahun 2008 atas inisiasi beberapa akademisi dan pecinta khazanah Aceh dan Nusantara. Kehadiran Manassa Aceh pasca program rehab-rekon gempa tsunami atas kekhawatiran bencana alam yang sangat dahsyat tahun 2004 menghancurkan beberapa wilayah sentral naskah kuno.Pada dasarnya tradisi pernaskahan di Aceh telah tumbuh sejak awal, sebagaimana apa yang dilakukan oleh Zawiyah Tanoh Abee, Lembaga Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy (YPAH), dan beberapa kelompok masyarakat dalam pelestarian naskah-naskah di Aceh, baik dalam bentuk pencatatan dan identifikasi. Sejak tahun 1980 Zawiyah Tanoh Abee telah melakukan katalogisasi naskah-naskah koleksinya. Demikian juga yang telah dilakukan oleh Ali Hasjmy sejak tahun 1995.
Kehadiran Manassa Aceh juga untuk mengadvokasi dan “menjembatani” program-program daerah, nasional dan internasional untuk Aceh yang pada saat itu masih dalam masa penyembuhan dan penataan ulang pasca bencana. Melalui beberapa inisiator, terutama para akademisi IAIN Ar-Raniry Banda Aceh dan bekerjasama dengan beberapa pihak di Aceh seperti PKPM (Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat) membentuk Manassa Cabang Aceh dan terpilih ketua perdana Manassa Aceh Dr. Salman Abdul Muthalib, Lc. MA. (Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry) mulai tahun 2009-2014.
Periode selanjutnya, 2014-2018, Manassa Aceh dipercayakan kepada Hermansyah, M.Th, MA.Hum (Dosen Prodi SKI Fakultas Adab dan Humaniora UIN ar-Raniry) dan berlanjut periode berikutnya antara tahun 2018-2022 secara aklamasi. Pada kedua periode tersebut masih tetap menggunakan nama Manassa cabang Aceh. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) Pusat No: 002/MANASSA/SK/I/2022 Manassa Cabang Aceh berubah nama menjadi Manassa Komisariat Aceh.
Capaian Organisasi
Seiring perkembangan zaman, Manassa Komisariat Aceh telah melakukan beragam kegiatan yang berkaitan dengan dunia pernaskahan dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian.
Pendidikan
Ruang lingkup bidang pendidikan dilaksanakan dalam bentuk seminar, diskusi ilmiah, pelatihan ataupun workshop yang dilaksanakan bersama-sama dengan lembaga pendidikan, lembaga pemerintah dan kolektor masyarakat yang berkaitan dengan pernaskahan. Manassa Aceh bekerjasama dengan Prodi SKI Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry mengadakan diskusi di UIN Ar-Raniry tentang sejarah, sastra dan naskah pada tahun 2019.
Penelitian
Bidang penelitian dilakukan baik secara mandiri maupun kerja sama lembaga Manassa Aceh dengan Pemerintah dan atau dengan lembaga lainnya seperti LSM dan dayah (Pesantren). Penelitian yang dilakukan secara mandiri dilakukan oleh para anggota Manassa Komisariat Aceh baik yang sedang menempuh jenjang pendidikan tingkat sarjana, magister, dan doktoral. Penelitian tersebut dilakukan dalam beragam kegiatan seperti kajian, alih aksara dan alih bahasa (transliterasi), penilaian, dan atau penerjemahan.Beberapa hasil penelitian mandiri dan kerja sama yang melibatkan anggota Manassa Aceh adalah:
- Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan: Tipologi Aliran Sesat Menurut Nur al-Din al-Raniri (Hermansyah)
- Hikayat Akhbarul Karim karya Teungku Syekh Seumatang: Kajian Filologi dan Stilistika (Istiqamatunnisak)
- Formasi Ideologi Dalam Hikayat Prang Gompeni karya Abdul Karim Kajian Filologi dan Analisis Hegemoni Gramsci (Achmad Zaki)
- Naskah Takbir Gempa Kajian Filologis dan Teologis (Tim Peneliti: Hermansyah, Istiqamatunnisak, Achmad Zaki, Masykur)
- Makna Filosofis Ragam Hias Dalam Naskah Shiratal Mustaqim Karya Nuruddin Ar-Raniry di Aceh (Khaizir)
- Wabah dan Tha’un dalam Masyarakat Aceh: Kajian Terhadap Manuskrip di Aceh (Nurul Fitria Fauzi)
- Bustanus Salikin: Suntingan Teks dan Telaah Ide Sentral (Iin Maya Mairisa)
- Naskah Dawa’u al-Qulub Karya Muhammad Khatib Langien: Suntingan Teks dan Telaah Ide Sentral (Khairatunnisak)
- Mushaf Baiturrahman Cod. Or. 2064: Kajian Historis dan Iluminasi (Yuni Pamela Sari)
- Penelitian juga pernah dilakukan secara kelembagaan Manassa Aceh bekerja sama dengan BPNB: Penelusuran Rempah dalam Manuskrip Pada Periode Awal Kesultanan Aceh (2021)
- Pengembangan Manuskrip di Aceh (2022)
Katalog Naskah
Manassa Pusat dan termasuk di dalamnya Manassa Komisariat Aceh dengan Zawiyah Tanoh Abee bekerjasama dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat di Aceh (seperti Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM)) dan luar Aceh (antaranya Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakatar dan Komunitas Bambu, in collaboration with the Tokyo University of Foreign Studies (TUFS)) menerbitkan Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee Aceh Besar tahun 2010. Dayah atau Zawiyah Tanoh Abee dikenal sebagai salah satu skriptorium terbesar di Nusantara yang menyimpan ratusan naskah dalam beragam bidang keilmuan.Pameran Naskah
Manassa Aceh ikut peran serta memeriahkan kegiatan akbar Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) di Banda Aceh tahun 2018. PKA merupakan event lima tahunan yang menampilkan beragam kegiatan dari berbagai daerah kabupaten di Aceh seperti kegiatan kebudayaan, seminar, kesenian, olahraga, termasuk pameran. Manassa Aceh mendapat kepercayaan untuk mempromosi lembaga sekaligus mempublikasi hasil karya dan kegiatan-kegiatan lembaga. Pameran Manassa Aceh di PKA mendapat dukungan dari Manassa Pusat dengan mengirim beberapa brosur Manassa dan buku karya anggota Manassa Pusat untuk dipajang pada event tersebut.Film Jalur Rempah
Pada tahun 2021, Manassa Aceh mendapatkan kepercayaan program dana hibah dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI melalui kerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) dalam rangka program Festival Jalur Rempah Nusantara dalam bentuk dokumenter digital film pendek dengan judul “Rempah Obat-obatan dalam Manuskrip Aceh”. Hasil film dokumenter dapat diakses di website: https://www.youtube.com/watch?v=TeqT3Xzbp_o&t=6sFilm semi dokumenter ini menyuguhkan cerita mahasiswa mendapat tugas mencari beberapa referensi dan dokumen-dokumen penting terkait dengan sejarah rempah di Nusantara. Penelusuran dokumen dilakukan terhadap manuskrip-manuskrip Arab, Eropa, Nusantara, surat-surat perdagangan, peta dan dokumen lainnya yang tersimpan di masyarakat di Aceh, museum, dan koleksi digital. Selain penelusuran sejarah, film ini juga menyuguhkan pemanfaatan rempah-rempah Nusantara dulu dan sekarang dalam bidang perobatan dan herbal. Sebab rempah-rempah di Nusantara dulu lebih dominan digunakan untuk kesehatan dan perobatan.. Luasnya jaringan jaringan rempah Aceh dan Nusantara di seluruh belahan dunia membuktikan kekayaan khasanah yang dimiliki masa lampau yang perlu terus dikembangkan dan dilestarikan.
Talkshow
Manassa Aceh menjadi salah satu narasumber dalam acara talkshow dan Diskusi Lintas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tentang Jalur Rempah Aceh-Nusantara tahun 2021. Lembaga Manassa Aceh menjadi salah satu dari beberapa lembaga lainnya yang mempromosikan khasanah kekayaan rempah Nusantara dalam bentuk perfilman kepada para pelajar dan generasi muda.Kerja Sama
Kerja sama Manassa Aceh telah terjalin dengan beberapa lembaga pemerintah dalam beragam bentuk kegiatan. Antaranya Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang sekarang telah menjadi Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Aceh dalam bentuk pada dukungan non materi dan penelitian. Hingga saat ini, Manassa Aceh mendapat kepercayaan untuk melakukan penelitian dan menjalin hubungan erat dengan BPK.Kerja sama lainnya dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dalam beragam bentuk kegiatan seperti penelitian, penerbitan buku, diskusi bulanan, pameran dan konsultasi. Anggota Manassa Aceh mendapat kepercayaan untuk kerjasama yang terkait dengan pernaskahan Aceh.
Kerja sama yang sudah dan masih berjalan adalah diskusi bulanan dengan Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry dalam bentuk diskusi bulanan. Namun dikarenakan terjadi pandemi Covid-19 maka kegiatan diskusi dalam bentuk Luring ditunda sementara waktu.
Manassa Aceh juga telah menjalin kerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh berkaitan dengan pengajuan naskah Hikayat Aceh sebagai memory of the World UNESCO. Selain itu, Tim anggota Manassa Aceh juga dipercayakan untuk menilai naskah-naskah yang akan diakuisisi oleh DPKA atas nama Pemerintah Aceh.
Kerja sama Manassa Aceh juga terjalin erat dengan beberapa LSM-LSM di Aceh, Lembaga swasta koleksi naskah, dan para kolektor manuskrip di Aceh. Kerja sama tersebut terjalin karena memiliki visi dan semangat yang sama.
Alamat
Jln. Lingkar Kampus Darussalam, Syiah Kuala, Banda AcehE-mail: manassa.aceh@gmail.com
IG: manassa.aceh
FB: manassa.aceh
Hp: 085368164191