Menikmati Epos Raja Manusia dan Raja Jin!

Manassa
0

 

Judul: Hikayat Langlang Buana  (ML. 20) [ Saduran ] 

Penulis: Adinda Lestari, Didik Purwanto

Penerbit: Perpustakaan Nasional RI

Tahun Terbit: 2019

Tebal Halaman: vii + 102 hlm

Oleh: Tantry Widiyanarti, Alya Namira


Hikayat Langlang Buana mengangkat kisah tentang Maharaja Puspa Indra, seorang Raja yang terkenal karena kejayaan dan kesaktiannya. Maharaja Puspa Indra memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik bernama Tuan Putri Kusuma Dewi dan konon bisa membuat siapa pun yang melihatnya seketika jatuh cinta kepadanya. 


Kisah Hikayat Langlang Buana merupakan saduran dari teks yang terkandung dalam salah naskah kuno koleksi Perpustakaan Nasional RI. Teks dalam naskah aslinya menggunakan aksara Jawi dan ditulis dalam media kertas Eropa. Secara  keseluruhan teks masih bisa dibaca, meskipun kondisi kertas sudah sangat lapuk dan mudah patah serta banyak halaman yang terlepas dari jilidan. 


Dalam hikayat yang memiliki kode naskah ML. 20 ini dikisahkan tentang bagaimana kecantikan Tuan Putri Kusuma Dewi memancarkan kilau keemasan sehingga Maharaha Puspa Indra membuatkan mahligai di tengah Padang Belanta Khirani; tempat yang dihuni para Dewa dan mambang (makhluk halus). Di mahligai yang bermandikan cahaya ini terdapat gambar Tuan Putri.  Tak pelak, banyak raja yang tertarik untuk datang dan melihat gambar  Tuan Putri lalu jatuh cinta dan ingin melamarnya. Sayangnya, semua lamaran tersebut ditolak Maharaja yang kemudian menjodohkan putrinya dengan anak Raja Indra Dewa yang merupakan saudara sepupu dari Permaisuri Indra Maharupa yang bernama Raja Indra Syahperi. Konon, Raja Indra Syahperi ini memiliki paras yang sangat tampan sehingga diibaratkan, kalau dia berjalan pada siang hari, matahari akan terbit dan kalau dia berjalan pada malam hari laksana bulan purnama. 


Sementara itu, di kerajaan lain bernama Lela Gembira yang dipimpin oleh Raja Puspa Indrakoca. Raja tersebut sangat mendambakan kelahiran seorang putra mahkota yang akan meneruskan kejayaan kerajaannya. Suatu malam, Raja Puspa Indrakoca bermimpi didatangi orang tua miskin yang menyuruhnya mengambil serumpun bunga malar agar kelak dia memiliki seorang anak laki-laki yang gagah berani dan kelak menjadi raja keempat penguasa alam ini. Keesokan harinya, sang Raja pun mengumpulkan para punggawa dan petinggi kerajaan dan mengajak mereka berburu ke hutan. Benar saja, di dalam hutan belantara itu, Raja menemukan serumpun bunga mangar dan mengambilnya. Tak lama, Raja pun mengetahui Permaisuri hamil sehingga membuat Raja sangat bahagia lalu mengadakan acara makan-makan dan membagikan uang kepada fakir miskin. 


Setelah genap bulannya, Permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan rupawan. Digambarkan dalam kisah tersebut kalau paras wajahnya seperti zamrud dan warna tubuhnya berkilauan. Raja memberinya nama Indra Bimaya. 


Waktu pun berlalu, Indra Bimaya kemudian tumbuh menjadi pemuda yang berhati mulia dan bijaksana hingga suatu hari, dia bermimpi dibawa seorang perempuan tua naik keindraan menuju mahligai tempat beradanya gambar Tuan Putri Kusuma Dewi. Begitu melihat gambar Tuan Putri Kusuma Dewi, Raja Indra Bimaya seketika tak sadarkan diri pingsan selama tujuha hari tujuh malam. Hal ini tentu saja membuat Maharaja menjadi cemas dan memanggil para tabib dan ahli nujum untuk menyadarkan Raja.

 

Nyatanya, gambar Tuan Putri Kusuma Dewi yang dilihat Raja Indra Bimaya lewat mimpinya telah mampu membuat Raja jatuh cinta dan ingin mencari keberadaan Tuan Putri. Raja Indra Bimaya kemudian memulai perjalanannya untuk menemuka pujaan hatinya. Berbagai petualangan pun dia lalui. Dia mendaki gunung yang tinggi dan melewati hutan yang luas.  Sang Raja bertemu dengan Sri Maharaja Sakti, Maharesi Antakosa, Maharesi Kusuma Chandra, dan Langlang Buana.  Sang Raja diajari banyak ilmu berperang dan kesaktian. Dalam perjalanannya itu, Raja Indra Bimaya banyak mengalami hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Raja Indra Bimaya juga harus berhadapan dengan tunangan Tuan Putri Kusuma Dewi, yaitu Raja Indra Syahperi dalam pertempuran sengit selama empat puluh hari empat puluh malam tanpa ada yang mau mengalah, laksana merak mengikal. 


Pertempuran itu pun terhenti oleh kedatangan Sri Maharaja Sakti yang membuat Raja Indra Syahperi heran, di manakah gerangan Raja Indra Bimaya bisa bertemu dengan Sri Maharaja Sakti. Raja Indra Bimaya pun turun dari gajahnya dan bersimpuh di kaki Sri Maharaja Sakti. Demikian juga dengan Raja Indra Syahperi. Setelah itu, datanglah Langlang Buana yang menyampaikan titah bahwa Putri Kusuma Dewi seharusnya duduk dengan Raja Indra Bimaya. Sri Maharaja Sakti juga menyampaikan titah yang sama. Maharaja Puspa Indra yang semula masih memikirkan perasaan Raja Indra Syahperi yang telah ditunangkan dengan Putri Kusuma Dewi. Aakhirnya ia menurut kepada titah Sri Maharaja Sakti dan Langlang Buana. “Apapun titah Sri Maharaja Sakti, aku turut,” kata Mahara Puspa Indra. 


Hikayat Langlang Buana ini tidak hanya merupakan sebuah epos antara raja manusia dan raja dari alam  jin, tetapi juga memuat syair dan pantun yang indah. Susunan kata dan runtutan kisahnya seolah membawa pembaca masa kini kembali ke masa ratusan tahun yang silam ketika bangsa manusia dan jin menjalin ikatan yang kuat dalam menjaga alam semesta. ***

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Oke!) #days=(20)

Website kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman anda. Check Now
Accept !