Mencermati Kitab ‘Pengetahuan Alam’ Peninggalan Leluhur!

Manassa
0


 

Judul:  Alih Aksara Naskah Kuno Kebencanaan Koleksi Perpustakaan Nasional RI
Editor: Munawar Holil
Penerbit: Perpustakaan Nasional RI
Tahun Terbit: 2020
Tebal buku: iv + 138 hlm
Review buku oleh: Tantry Widiyanarti

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki belasan ribu naskah kuno, termasuk naskah kuno yang berisi tentang kebencanaan yang dirangkum dalam buku ini. Buku ini diawali dengan telaah terhadap naskah Melayu yang penyalinannya  rampung pada hari Rabu, 27 Agustus 1843 Masehi, yang bersamaan dengan tanggal 24 Rajab 1259 Hijriah di kota Bogor. Naskah  berbahasa Melayu ini ditulis menggunakan aksara Jawi di atas kertas Eropa  dan dalam kondisi yang masih cukup bagus.

Naskah ini terdiri atas beberapa teks. Teks pertama menceritakan tentang Ta’bir Mimpi yang hampir sama dengan tafsir mimpi. Teks kedua menguraikan ta’bir gerhana bulan dan matahari, dan teks berikutnya tentang ramalan gempa serta teks yang berisi penangkal berbagai penyakit seperti sakit perut, mata, batu, sariawan disertai waktu yang baik untuk mengambil obat. Terdapat pula teks yang berisi doa dan azimat padi dalam karung (lumbung).

Teks yang membahas tentang mimpi terdiri atas beberapa pasal yang dimulai dengan ta’bir mimpi berdasar waktu dan huruf apa yang dilihat dalam mimpi. Jika mimpi terjadi pada malam Sabtu dan awal huruf yang dimimpikan itu adalah huruf Alif, maka itu pertanda buruk. Sebaliknya, jika yang dilihat adalah huruf  Ba’ maka itu pertanda baik. Kalau huruf  Ta’ , alamat akan mendapat rahmat dunia akhirat. Sementara itu, huruf  Tsa’, gelagat akan mendapat fitnah, dan huruf Jim  akan mendapat kemuliaan, serta huruf Ha akan memperoleh kesenangan di akhirat. Begitu seterusnya hingga semua malam dan  seluruh huruf hijaiah itu ada makna yang bisa ditafsirkan dengan berbagai ramalannya.
Begitu pun terdapat pula fasal yang menyebutkan kalau ada tiga perkara yang membuat sebuah  mimpi tidak perlu dita’birkan, yaitu yang dicita pada siangnya dan malamnya sebelum tidur atau sakit, perkara kedua, belum mandi junub dan yang ketiga, jika raja dan orang-orang kaya berlaku aniaya, maka janganlah dita’birkan karena pada ketika itu banyak huru-hara syaitan mengharu-biru akan dia. Berbeda dengan raja yang adil, maka dalam mimpinya sungguh serasa Jibril Alaihis Salam turun kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam Alquran, surat An-Nisa ayat: 59, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”

Teks yang berisi tentang ta’bir gerhana bulan dan matahari terdiri dari delapan fasal yang juga dibagi berdasarkan nama huruf dan tahun. Hal ini disimpulkan dalam bagian terakhir yang berisi nasehat dari Syaikh ‘Abdullah Lahuri yang mengambil faidah dari Syaikh ‘Abdurrauf Aceh, isinya, “Apabila terjadi gempa pada bulan Muharram, maka kehidupan di negeri itu akan mengalami kesusahan atau menghadapi masalah selama satu tahun ke depan”.

Diuraikan lebih lanjut, kalau dalam setahun itu terdapat dua belas bulan yang dinamai bilangan, yaitu di dalam hurufnya ada dua belas yang berlaku dengan delapan fasal, yaitu al-Fashl al-Awwal fi as-Sanah al-Alif wa asy-Syahr al-Muharram. Bermula inilah fasal pertama menyatakan ta’bir gerhana daripada tahun Alif dan bulan Muharram dan jika terjadi gerhana pada waktu itu, maka alamat akan banyak fitnah dan pencuri yang melakukan tindakan kekerasan. Jika gempa terjadi pada tahun Alif  di bulan Shafar pertanda akan datang banyak musuh dan penyakit, demikian seterusnya sampai semua bulan dan huruf memiliki tafsir dan pertandanya masing-masing terhadap datangnya gerhana.

Pada pasal  tentang obat yang dimulai dari obat sakit perut yang tiada sembuh dijelaskan obat segala obat, yaitu: lada, jira hitam, jamuju, bawang putih, daun kurat, jamur kuping padi, halia merah, sunti halia, mangli, buah pala, bung lawing, daun jeumpa, akar cina manis, kulit manis, dan kulit takir. Kesemua bahan itu bisa dipilih di antaranya dan dihangatkan ke dalam titik api, bisa dimakan langsung atau dicampur dalam minuman. Obat lainnya juga ada anak kerbau, sikang dan kayu cendana yang diasah pada batu hingga seratan kaku lalu dicampur kapur bisa langsung ditelan atau diminum.

Pasal obat mata dijelaskan dapat disembuhkan dengan hati hiu yang bisa dimakan atau disapukan ke mata. Bisa pula dengan injen-injen putih dan beras yang dipipis lalu dijadikan celak pada mata. Sakit mata juga bisa disembuhkan dengan biji bayam yang dicampur mawar paji lalu dipercelak ke mata.

Untuk telinga yang berdarah atau bernanah bisa disembuhkan dengan daun kawaya yang diperah ke telinga atau dengan tahi kuda yang diperah ke telinga. Obat telinga yang sudah sakit parah dapat diobati dengan daun kacang muda dicampur minyak lalu diteteskan ke telinga. Telinga bernanah bisa disembuhkan dengan akar pisang yang dilumatkan dengan minyak lang dan bawang putih lalu dimasak hingga mendidih lalu dinginkan dan teteskan ke telinga yang bernanah.

Tidak hanya sakit perut dan telinga, naskah ini juga memuat tentang doa dan azimat,  mulai doa untuk menenangkan jiwa hingga penolak bala.

Selain naskah berbahasa Melayu, juga terdapat naskah tentang kebencanaan dalam aksara Jawa, yaitu Serat Babat Sangkalaning Momana, yang masih dalam kondisi baik, meski ada lembar naskah yang berlubang akibat serangga, namun jilidannya masih kokoh dan tulisannya masih jelas terbaca.

Naskah kuno kebencanaan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga mencakup naskah beraksara dan berbahasa Bali, yaitu Palalindon dan Fragmen Bhagawan Garga. Naskah Palalindon ini awalnya merupakan koleksi Bataviaasch Genootschap van Kusten en watenschapen.  Naskah ini berbentuk lembaran memanjang dari daun lontar utuh beserta lidi yang masih menempel yang disebut lontar embat-embatan.

Naskah kuno lainnya merupakan naskah beraksara Bugis yang disebut Kutika yang kondisi fisiknya masih baik  dan tulisannya masih jelas terbaca meski kertas telah mengandung asam dan bernoda coklat serta terlihat kotor. Naskah Kutika ini berisi tentang ukuran rumah yang baik menurut masyarakat Bugis, zimat-zimat untuk mengusir tikus yang merusak tanaman, hari baik dan hari buruk bila ingin mengerjakan sesuatu, ilmu perbintangan selama setahun, tanda-tanda terjadinya gempa bumi, perbatasan daerah Kassa dan Galingkan, hingga mantra-mantra untuk mengobati hewan ternak.

Dari koleksi naskah tentang kebencanaan ini menunjukkan bahwa leluhur kita dulu merupakan ilmuwan sekalian tabib yang mumpuni dan memiliki pemahaman yang sangat baik tentang alam semesta. ***

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Oke!) #days=(20)

Website kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman anda. Check Now
Accept !