MANASSA Dukung Penuh Upaya PANDI dalam Digitalisasi Aksara Nusantara

Manassa
0

MANASSA Dukung Penuh Upaya PANDI dalam Digitalisasi Aksara Nusantara

Pertemuan rutin webinar series keempat yang bertajuk, “Manuskrip dan Digitalisasi Aksara Nusantara” pada kesempatan kali ini, Rabu 11/03/2021, agak berbeda karena Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) bersama Digital Repository of Endangered Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) menggandeng Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI) dalam upayanya mendigitalisasi aksara Nusantara. 

Webinar series on Indonesian Digitized Manuscript yang keempat ini terasa lebih spesial karena selain menghadirkan tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya, yaitu Dr. Munawar Holil (Ketua umum MANASSA), Prof. Dr. Oman Fathurrahman (Principal Investigator DREAMSEA), dan Prof. Dr. Yudho Giri Sucahyo (Ketua Dewan Pengurus PANDI), juga menghadirkan politisi kenamaan, yaitu Andi Alfian Mallarangeng, Ph.D, yang telah merintis upaya digitalisasi aksara Lontara’ sejak tahun 1995. Pria yang akrab disapa Andi Mallarangeng ini merupakan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara yang bekerja sama dengan PANDI untuk mengembangkan Bugis A true type font ciptaannya. 


PANDI adalah penggagas program Merajut Indonesia yang bertujuan untuk mendigitalkan aksara Nusantara sehingga dapat diakses dan dimanfaat melalui perangkat pintar seperti laptop dan telepon genggam. Dalam perjalanannya, PANDI menggandeng komunitas pegiat aksara dari berbagai daerah untuk menyukseskan program tersebut agar aksara daerah dapat terus dilestarikan dan dipelajari oleh generasi milenial saat ini. Tujuan jangka panjang PANDI adalah menghadirkan domain beraksara daerah yang dapat diakses secara bebas.

Menurut Dr. Munawar Holil, selaku ketua umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA), apa yang dilakukan PANDI adalah sesuatu yang harus didukung karena sejalan dengan tujuan MANASSA, yakni mengungkap dan mengkaji kandungan isi naskah dan menyebarluaskan hasilnya agar dapat memberikan sumbangan bagi pembentukan kebudayaan dan jati diri bangsa. 

Dukungan penuh juga disampaikan oleh Prof. Dr. Oman Fathurrahman, selaku principal investigator DREAMSEA. Pria yang akrab disapa Kang Oman ini, menekankan pentingnya pemanfaatan manuskrip-manuskrip digital yang telah diupayakan oleh DREAMSEA, Perpustakaan Nasional, maupun British Library dalam menyediakan akses terbuka kepada manuskrip. Ribuan manuskrip dari berbagai aksara di Nusantara dapat ditransformasi menjadi unicode agar dapat ditransliterasi untuk dimanfaatkan demi kepentingan riset. 

“Tiga kendala utama yang dihadapi para peneliti manuskrip adalah membaca aksara, memahami bahasa, dan yang terakhir adalah kendala dalam mengungkap makna atau isi teks dari manuskrip” ungkap Munawar. Hal yang menjadi catatan penting dari ketiga kendala tersebut adalah kemampuan dalam membaca aksara, sehingga penting adanya digitalisasi aksara untuk mempermudah kinerja filolog. 

“Peluang dan manfaat digitalisasi aksara dapat digunakan sebagai sarana edukasi generasi milenial untuk membangkitkan kesadaran belajar sesuatu yang kuno dengan cara modern” lanjut Kang Mumu, sapaan akrab Munawar Holil. Selain itu, digitalisasi aksara membuka peluang untuk ide-ide bisnis yang beragam. Peluang utama dari digitalisasi aksara adalah terbukanya sebuah harapan baru untuk mereproduksi manuskrip dengan aksara digital yang nantinya melahirkan program alih aksara dalam bentuk transkripsi digital. 

Hadirnya PANDI dalam kegiatan ini dapat melengkapi usaha para pegiat manuskrip yang selama ini berusaha mendigitalkan manuskrip di seluruh Nusantara. Hal tersebut menjadi momentum untuk saling bergandengan tangan dan bersinergi antara MANASSA, DREAMSEA, Perpustakaan Nasional, dan PANDI agar mengembangkan sayapnya masing-masing dengan satu tujuan yang sama, yaitu melestarikan aksara, bahasa, serta manuskrip Nusantara. 
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Oke!) #days=(20)

Website kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman anda. Check Now
Accept !