Diskusi Naskah Panji Warisan Dunia

Manassa
0
Diskusi Naskah Panji Warisan Dunia

Komunitas Jagongan Naskah Kuna Nusantara kembali menggelar diskusi naskah pada Sabtu (10/11/2018) di Gedhong Danawara, Pura Pakualaman, Yogyakarta. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, tema yang diangkat bertajuk “Manuskrip-manuskrip Jawa Skriptorium Keraton Palembangdan Tembang Sumekar dalam Pañji Jaya??kara Sunyawibawa CS 104, dengan narasumber Gis Nggar, lulusan Magister Filologi di Universitas Negeri Yogyakarta.”

Kembang betuah dalam terjemahan bebas berarti ‘tembang yang berharga’. Sementara rangkah berarti ‘1 pagar yang terbuat dari duri; 2 pagar batas negara.’ Njaban rangkah berarti di luar batas negara. Manuskrip-manuskrip Jawa skriptorium Keraton Palembang merupakan kembang betuwah. Ditemukan jauh di luar wilayah Jawa, mereka disalin ke dalam bentuk tembang, dan manuskrip-manuskrip ini adalah karya yang penting.

Manuskrip-manuskrip Jawa skriptorium Keraton Palembang ini disalin pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Baha’uddin. Sejarah Keraton Palembang identik dengan heroisme perlawanan Sultan Mahmud Badaruddin II. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II ini Keraton Palembang mengalami pergolakan karena penjajahan.

Manuskrip-manuskrip Jawa yang disalin di Keraton Palembang sejauh ini diketahui berasal dari panguasa Palembang sebelum Sultan Mahmud Badaruddin II, yaitu Sultan Muhammad Baha’uddin (1766-1803 M). Bukannya tidak mungkin tetapi rasanya sulit mencari benang merah antara heroisme Sultan Mahmud Badaruddin II melawan pemerintah kolonial dengan karya sastra Jawa di Keraton Palembang.

Satu di antara manuskrip-manuskrip ini, PA KBG 185, dianggap sebagai naskah Panji yang paling lengkap dan baik kondisinya yang masih tersimpan di Indonesia. Pada 2014 naskah ini diajukan sebagai warisan budaya dunia (Memory of the world) oleh UNESCO. Salah satu lagi, PJS CS 104, memuat bentuk tembang yang macapat awal yang jarang ditemukan di karya-karya sastra Jawa lain.

Satu lagi, UUP CB 146, berbentuk tembang macapat dengan ekspresi bahasa puisi Jawa Kuna (Kawi) yang kental, naskah ini adalah penghubung antara sastra Jawa Kuna dengan macapat, keberadaan naskah ini menjadi bukti bahwa bahasa Jawa pernah digunakan sebagai bahasa resmi di lingkungan Keraton Palembang, saking berharganya naskah ini kemudian diangkut ke Belanda. Sementara Menak Palembang masih menungggu tangan-tangan pengkaji dan pembaca.

Di dalam ceritanya, tokoh pañji digambarkan sebagai sosok ideal laki-laki Jawa. Seperti gambaran Arjuna atau Amir Hamzah, pañji digambarkan sebagai satria yang sabar, berbudi luhur, kalem, terampil olah seni, terampil dan berani dalam medan perang, perawakannya tidaklah tinggi besar tetapi seperti sosok seorang laki-laki pada umumnya.

Tidak jauh berbeda dengan teks-teks Pañji yang lain, teks PJS CS 104 menceritakan kepergian Raden Jayalengkara dari Kraton Sunyawibawa untuk mengembara dan mencari ilmu dengan diiringi oleh Ki Sujanma menuju Gunung Pamriyan atau Dipa Parwata.

Suatu hari Keraton Sunyawibawa dikepung oleh musuh-musuhnya yaitu Sri Batara Santabuwana, Raja Singasari, Raja Pringgabaya, Raja Nusantara, dan Raja Tumasik yang bernama Sang Singatara. Raden Jayalengkara kemudian pulang ke Keraton Sunyawibawa menjadi pemimpin pasukan dan memenangkan peperangan. Di akhir cerita Raden Jayalengkara diwisuda menjadi Raja di Kraton Sunyawibawa dan menikah dengan Dewi Sunyagjana.

Founder Komunitas Jagongan Naskah, Taufiq Hakim menambahkan, diskusi kedua ini sengaja mengangkat tema kepahlawanan dalam khasanah pernaskahan Nusantara. Tujuannya yakni para filolog muda Yogyakarta ikut berperan dalam momen kebangsaan tersebut. Salah satunya dengan mengisi Hari Pahlawan dengan narasi-narasi kepahlawanan khas Nusantara yang bersumber dari naskah kuna.

Harapannya, sebagai bangsa yang dirangkai dari berbagai tradisi dan kebudayaan, wacana-wacana lokal terus digaungkan. Minimal melalui diskusi dan kajian. Ekosistem kultural semacam Jagongan Naskah yang rutin digelar tiap bulan ini penting keberadaannya untuk mengimbangi narasi-narasi global yang kian marak. Selain mengungkap peradaban kita sendiri dalam dunia naskah panji, pola-pola kultural dan kebijaksanan dapat menuntun masyarakat pembacanya untuk mengisi kemajuan zaman.
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Oke!) #days=(20)

Website kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman anda. Check Now
Accept !