Bedah Naskah Kuno Nusantara di Simposium Internasional XVI Manassa

Manassa
0
Bedah Naskah Kuno Nusantara di Simposium Internasional XVI Manassa

Naskah-naskah kuno kerajaan Nusantara yang usianya sudah berabad–abad akan dibedah dalam Simposium Internasional ke-XVI Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) di Daerah Istimewa Yogyakarta, 11-13 September 2012

Naskah-naskah kuno ini berbicara banyak hal, di antaranya filsafat, kesenian, arsitektur, serta kepemimpinan. Ketua Panitia sekaligus Staf Pengajar Sastra Indonesia di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sudibyo mengatakan, naskah kuno merupakan salah satu benda cagar budaya bernilai penting dalam perkembangan sejarah Nusantara.

Naskah ini terdiri dari beragam bahasa dan aksara. Tidak hanya berbicara tentang kesustraan saja tetapi juga agama, hukum, adat istiadat, obat-obatan, dan teknik.

Di Indonesia, naskah kuno sangat berkaitan dengan istana/keraton. Kata Sudibyo, istana/keraton memegang peran sentral sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan di berbagai kerajaan Nusantara. Seperti Aceh, Palembang, Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, Buton, dan Bima.

Istana/keraton memiliki peran penting dalam upaya penciptaan, penyalinan, pemeliharaan, serta  pewarisan naskah atau bisa dikatakan menjadi scriptorium naskah-naskah Nusantara.

“Istana menjadi bagian dalam pembentukan tradisi pernaskahan Nusantara serta pewarisan benda cagar budaya. Untuk itulah, simposium ini akan menjawab masalah, karena naskah kuno sebagai budaya tulis cenderung terabaikan," kata Sudibyo di Yogyakarta, Kamis (6/9).

Simposium yang akan dihadiri oleh pakar naskah kuno dari 10 negara ini akan mencoba membedah sumber ilmu pengetahuan di dalamnya. Kemudian, sumber pengetahuan ini akan diaktualisasikan dalam kondisi saat ini.

Sumber pengetahuan ini, kata Sudibyo, sangat penting untuk mengatasi problem masa kini serta memperhalus peradaban. Naskah itu juga mengandung ajaran kepemimpinan yang tidak kalah dengan dunia barat.

“Salah satu naskah penting yang akan dipresentasikan adalah Ronggowarsito. Salah satu pembicara akan membedahnya dengan mengkaitkan dengan kondisi saat ini,” tambahnya.

Konservasi
Terkait konservasi naskah kuno di Indonesia, pemerintah dinilai masih kurang memberikan perhatian lebih. Di luar Indonesia, naskah-naskah kuno disimpan dengan rapi dengan suhu yang pas serta diawetkan. Sedangkan di Indonesia, upaya konservasi naskah kuno belum semuanya dilakukan di masing-masing istana/keraton.

“Kami berharap bahwa masyarakat dan pemerintah lebih peka dan sungguh-sungguh dalam menjaga naskah-naskah kuno ini. Karena naskah-naskah ini menyimpan banyak sejarah,” ujar Sudibyo.

Naskah-naskah kuno kerajaan Nusantara banyak tersebar di luar negeri atau sekitar 60 negara. Justru di negeri luar-lah, naskah-naskah kuno banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan entah dikaji ulang atau dipelajari sejarahnya.

Dalam acara simposium internasional itu, Kraton Pura Pakualaman Yogyakarta juga akan meluncurkan buku karya putra mahkotanya, KBPH Suryodilogo bertajuk '"Ajaran Kepemimpinan Asthabrata Kadipaten Pakualaman."

"Teks yang terdapat dalam Asthabrata memiliki keunikan tersendiri dibandingkan naskah di keraton lain. Buku ini bersumber dari naskah Pakualaman Sestrodisuhul yang berisikan kisah nabi, raja-raja jawa, wali dan pandawa lima," jelas Pengurus Perpustakaan Pura Pakualaman Sri Ratna Sakti Mulya.

Nilai lebih lainnya dari Asthabrata adalah ajaran kepemimpinan Bathara Wisnu yang memiliki watak pemurah, pengasih, penegak hukum, serta pertapa.

Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/09/naskah-kuno-nusantara-dibedah-dalam-simposium-internasional
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Oke!) #days=(20)

Website kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman anda. Check Now
Accept !