Tampil sederhana. Dia bahkan mengaku hanya seorang petani kecil di Cikedung, Kabupaten Indramayu. Padahal kontribusinya luar biasa besar. Sosok yang begitu peduli terhadap sejarah dan budaya masa lalu. Dia menekuni naskah yang bertulisan Jawa Kuno yang telah berusia ratusan tahun.
Melalui kerja kerasnya, saat ini sudah terkumpul sekitar 150 naskah kuno dari berbagai pelosok Indramayu. Naskah-naskah yang berhasil dikumpulkan pun jenisnya macam-macam. Seperti dalam bentuk daun lontar, kulit kayu dluwang, kertaseropa, hingga kertas bergaris ala Indonesia.
Isi naskah kuno yang berhasil diterjemahkan juga beragam. Mulai dari primbon, kisah nabi, syekh atau wali hingga babad, tasawuf, tentang keagamaan, tradisi, mantra, dan lain-lain.
Ki Tarka belajar aksara Jawa sejak tahun 1995 atau saat masih berusia 25 tahun. Berawal dari pemberian buku dari Ki Masjaya, uwak Ki Tarka, yang berisi tulisan Jawa Kuno.
Ki Tarka pun tergerak untuk bisa mempelajari aksara Jawa Kuno. “Saat itu uwak saya bilang kalau buku adalah pusaka atau jimat. Makanya saya tertarik untuk belajar aksara Jawa Kuno agar tahu isi buku itu,” ujar pria kelahiran Indramayu 21 April 1970 itu.
Rasa ingin tahu dan semangat yang tinggi untuk bisa memahami aksara Jawa Kuno, Ki Tarka memilih hijrah ke Pamanukan, Subang. Di situ, ia belajar membaca aksara Jawa Kuno dari kakeknya, Sutaraharja yang merupakan seorang veteran. Dalam sehari ia belajar dua jam lamanya. Pagi dan sore hari.
Suami dari Uripah ini mengaku hampir frustrasi karena begitu sulitnya belajar membaca aksara Jawa Kuno. Namun dengan ketekunan, setelah setengah bulan belajar, dia mulai bisa membaca aksara Jawa Kuno. Saat makin lancar membaca aksara Jawa Kuno, Tarka pun semakin semangat untuk mengumpulkan naskah kuno yang tercecer.
Kalau ada orang yang memiliki naskah kuno, maka langsung didatangi dan dipinjam untuk diterjemahkan. Semangat itu juga ditunjukkan dengan membentuk Sanggar Aksara Jawa di Indramayu bersama rekan-rekannya. Sanggar itu diketuai oleh Ray Mangku Sutentra.
Berkat semangat dan kegigihan yang tinggi, Ki Tarka sekarang banyak menerima “order” penerjemah naskah kuno dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Bantul, Madura, Pekanbaru dan Jakarta.
“Mereka ada yang langsung datang ke tempat kami, ada yang minta diterjemahkan melalui inbox, dan ada pula yang cuma mengirim naskah dan minta untuk diterjemahkan,” ujarnya saat dijumpai Radar di Museum Bandar Cimanuk (MBC) Indramayu, Kamis (29/3).
Dia mengakui baru-baru ini juga ada enam orang dari Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan, Madura, “nyantri” selama satu bulan di rumahnya. Mereka ingin belajar naskah kuno. “Terus terang saya bangga ketika masih ada anak-anak muda yang mau belajar naskah Jawa Kuno,” katanya.
Lalu, berapa penghasilan Ki Tarka dari menerjemahkan tulisan atau naskah kuno? Ternyata memang masih jauh, tidak seperti harga “barang kuno” yang biasanya sangat mahal. Bahkan kadang ada yang membayar dengan tarif “pertemanan” dan masih nawar juga. Padahal harga jasa penerjemah seharusnya antara Rp20 ribu-Rp25 ribu per lembar.
Ki Tarka mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi seperti ini. Ia hanya berharap ada perhatian lebih dari pemerintah terhadap orang-orang yang peduli terhadap pelestarian budaya, termasuk pegiat naskah kuno. “Mudah-mudahan ada yang peduli terhadap nasib kami, para pegiat naskah kuno,” ujar alumnus SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu ini.
Saat ini Ki Tarka juga aktif mengelola Museum Bandar Cimanuk (MBC). Naskah-naskah kuno dan berbagai benda pusaka ada di museum ini. Ki Tarka mengatakan benda-benda yang ditampilkan di museum tersebut sebagian besar merupakan barang bersejarah.
Selain benda pusaka dan naskah kuno, pengunjung akan disajikan dengan fosil biota laut, alat fotografi dari zaman ke zaman dan koleksi senjata dan uang kuno. Bukan hanya itu, bagi yang penasaran dengan penampakan Indramayu tempo dulu, pengunjung bisa melihatnya di foto-foto yang dipajang di sepanjang dinding.
“Yang paling menarik bagi pengunjung itu berada di ruang tengah. Yakni koleksi pusaka masyarakat mulai dari keris, golok, tongkat dan lainnya,” ujarnya. Keberadaan naskah kuno yang tulisannya menggunakan aksara Jawa juga dapat dilihat di museum ini. Termasuk mesin tik dan mesin kasir zaman dulu. Semua tersaji lengkap. Tempat untuk belajar sejarah.
Sumber: http://www.radarcirebon.com/mengenal-penerjemah-naskah-jawa-kuno-asal-indramayu-yang-dikenal-seantero-nusantara.html
Melalui kerja kerasnya, saat ini sudah terkumpul sekitar 150 naskah kuno dari berbagai pelosok Indramayu. Naskah-naskah yang berhasil dikumpulkan pun jenisnya macam-macam. Seperti dalam bentuk daun lontar, kulit kayu dluwang, kertaseropa, hingga kertas bergaris ala Indonesia.
Isi naskah kuno yang berhasil diterjemahkan juga beragam. Mulai dari primbon, kisah nabi, syekh atau wali hingga babad, tasawuf, tentang keagamaan, tradisi, mantra, dan lain-lain.
Ki Tarka belajar aksara Jawa sejak tahun 1995 atau saat masih berusia 25 tahun. Berawal dari pemberian buku dari Ki Masjaya, uwak Ki Tarka, yang berisi tulisan Jawa Kuno.
Ki Tarka pun tergerak untuk bisa mempelajari aksara Jawa Kuno. “Saat itu uwak saya bilang kalau buku adalah pusaka atau jimat. Makanya saya tertarik untuk belajar aksara Jawa Kuno agar tahu isi buku itu,” ujar pria kelahiran Indramayu 21 April 1970 itu.
Rasa ingin tahu dan semangat yang tinggi untuk bisa memahami aksara Jawa Kuno, Ki Tarka memilih hijrah ke Pamanukan, Subang. Di situ, ia belajar membaca aksara Jawa Kuno dari kakeknya, Sutaraharja yang merupakan seorang veteran. Dalam sehari ia belajar dua jam lamanya. Pagi dan sore hari.
Suami dari Uripah ini mengaku hampir frustrasi karena begitu sulitnya belajar membaca aksara Jawa Kuno. Namun dengan ketekunan, setelah setengah bulan belajar, dia mulai bisa membaca aksara Jawa Kuno. Saat makin lancar membaca aksara Jawa Kuno, Tarka pun semakin semangat untuk mengumpulkan naskah kuno yang tercecer.
Kalau ada orang yang memiliki naskah kuno, maka langsung didatangi dan dipinjam untuk diterjemahkan. Semangat itu juga ditunjukkan dengan membentuk Sanggar Aksara Jawa di Indramayu bersama rekan-rekannya. Sanggar itu diketuai oleh Ray Mangku Sutentra.
Berkat semangat dan kegigihan yang tinggi, Ki Tarka sekarang banyak menerima “order” penerjemah naskah kuno dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Bantul, Madura, Pekanbaru dan Jakarta.
“Mereka ada yang langsung datang ke tempat kami, ada yang minta diterjemahkan melalui inbox, dan ada pula yang cuma mengirim naskah dan minta untuk diterjemahkan,” ujarnya saat dijumpai Radar di Museum Bandar Cimanuk (MBC) Indramayu, Kamis (29/3).
Dia mengakui baru-baru ini juga ada enam orang dari Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan, Madura, “nyantri” selama satu bulan di rumahnya. Mereka ingin belajar naskah kuno. “Terus terang saya bangga ketika masih ada anak-anak muda yang mau belajar naskah Jawa Kuno,” katanya.
Lalu, berapa penghasilan Ki Tarka dari menerjemahkan tulisan atau naskah kuno? Ternyata memang masih jauh, tidak seperti harga “barang kuno” yang biasanya sangat mahal. Bahkan kadang ada yang membayar dengan tarif “pertemanan” dan masih nawar juga. Padahal harga jasa penerjemah seharusnya antara Rp20 ribu-Rp25 ribu per lembar.
Ki Tarka mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi seperti ini. Ia hanya berharap ada perhatian lebih dari pemerintah terhadap orang-orang yang peduli terhadap pelestarian budaya, termasuk pegiat naskah kuno. “Mudah-mudahan ada yang peduli terhadap nasib kami, para pegiat naskah kuno,” ujar alumnus SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu ini.
Saat ini Ki Tarka juga aktif mengelola Museum Bandar Cimanuk (MBC). Naskah-naskah kuno dan berbagai benda pusaka ada di museum ini. Ki Tarka mengatakan benda-benda yang ditampilkan di museum tersebut sebagian besar merupakan barang bersejarah.
Selain benda pusaka dan naskah kuno, pengunjung akan disajikan dengan fosil biota laut, alat fotografi dari zaman ke zaman dan koleksi senjata dan uang kuno. Bukan hanya itu, bagi yang penasaran dengan penampakan Indramayu tempo dulu, pengunjung bisa melihatnya di foto-foto yang dipajang di sepanjang dinding.
“Yang paling menarik bagi pengunjung itu berada di ruang tengah. Yakni koleksi pusaka masyarakat mulai dari keris, golok, tongkat dan lainnya,” ujarnya. Keberadaan naskah kuno yang tulisannya menggunakan aksara Jawa juga dapat dilihat di museum ini. Termasuk mesin tik dan mesin kasir zaman dulu. Semua tersaji lengkap. Tempat untuk belajar sejarah.
Sumber: http://www.radarcirebon.com/mengenal-penerjemah-naskah-jawa-kuno-asal-indramayu-yang-dikenal-seantero-nusantara.html